Surat Buat Anita: Seorang Sahabat Setia
Read the English translation here.
*****
Anita terkasih,
Beberapa waktu lalu, engkau mengungkapkan sebuah pertanyaan, “Siapakah Allah bagimu?” Pertanyaan yang tak dapat saya jawab dengan cepat karena begitu mendasar dan dalam.
Kemarin, saya menemukan sebuah ayat dari Kitab Sirakh (6:14-16):“Seorang sahabat yang setia adalah tempat perlindungan yang aman; siapa yang mendapatkannya telah menemukan harta berharga. Sahabat yang setia tidak ternilai harganya, dan tidak ada yang dapat dibandingkan dengan dia. Dia seperti obat bagimu; orang yang takut kepadaTuhan akan menemukan dia.” Sangat indah! Ketika saya membacanya, saya teringat akan beberapa sahabat baik yang telah menjadi berkat bagi saya. Tidak banyak jumlahnya, tetapi mereka adalah teman yang baik dan setia. Kami jarang bertemu, tetapi kami selalu bersama dalam hati dan dalam doa. Sementara saya merasa begitu bersyukur, saya menyadari bahwa Allah-lah yang telah menghadiahi saya dengan kehadiran mereka dalam hidup saya.
Kemudian, sesuatu menyentak di hati: Allah-lah yang pertama-tama menawarkan diri-Nya untuk menjadi sahabat setia saya. Begitu setianya, sehingga Allah tetap mencintai saya apapun yang saya lakukan atau saya coba lakukan. Dengan pernyataan itu, saya tidak bermaksud menyatakan apa yang menjadi pernyataan iman dalam Kitab Suci atau tulisan kudus lainnya. Bukan, apa yang tertulis mungkin tidak banyak berbicara bagi saya. Pengalaman pribadi akan cinta Allah-lah yang menyentak saya secara mendalam.
Suatu ketika, saya begitu kesepian dan lelah setelah melakukan tugas-tugas. Tidak ada teman yang dapat dihubungi. Setiap orang sibuk atau di tempat jauh tanpa akses internet. Saya begitu frustrasi dan marah karena situasi begitu tidak menyenangkan. Kemudian, saya menengadah ke atas dan berkata, “Bahkan Engkau, ya Allah, tidak ada di sini bersamaku!” dan bendungan air mata meluap. Setelah tangis saya mereda, saya merasa hangat, seperti seseorang sedang memelukku erat-erat. Melindungi, menghibur. Saya mengerti bhwa secara psikologis setelah ledakan emosional, seseorang dapat merasa tenang dan santai. Saya tidak ingat mengalami rasa tenang atau santai, tetapi saya ingat bahwa saya merasa hangat. Danm kalau engkau bisa percaya, saya meraasa dicinntai dan diterima apa adanya. Saya memahami bahwa tidaklah mudah untuk mempercayai hal ini. Namun, itulah pengalaman saya. Saya begitu bersyukur, baik waktu hal itu terjadi maupun saat ini, dapat mengalami Allah sebagai sahabat setia saya. Bagi saya, pengalaman semacaam ini hanya terjadi satu atu dua kali saja, namun pengalaman itu begitu nyata dan melekat dalam ingatan.
Anita terkasih, saya percaya bahwa engkau juga memiliki pengalaman semacam ini, pengalaman akan Allah sebagai seorang sahabat yang setia. Atau, terkadang kita memiliki pengalaman tersebut namun tidak menyadari secara mendalam apa yang telah kita alami. Saya berdoa semoga engkau dan banyak orang muda memperoleh kesempatan untuk mengalami hal semacam ini, dan untuk merenungkan pengalaman istimewa kalian dan bersukacita karenanya.
Allah kita adalah seorang sahabat yang setia. Betapa luar biasanya hal itu. Dengan rahmat Allah, semoga kita mampu menjadi sahabat setia Allah juga. Semoga kita berjalan bersama Yesus, Putera Allah, sebagai sahabat-sahabat setiaNya.
Semoga Allah memberkatimu, Anita terkasih.
Dewi fcJ
Awal Maret 2019
Comments
Post a Comment